JAKARTA - Mahasiswa dan generasi muda wajib melestarikan budaya daerah salah satunya aksara atau literasi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta mendirikan Pusat Studi Kajian Aksara Nusantara (Paska Nusantara) sebagai bentuk keprihatinan terhadap kondisi aksara di Indonesia terutama aksara Jawa.
Wakil Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, Prof Imam Machali menuturkan di Indonesia setidaknya ada 30 aksara (huruf) yang kini kondisinya memprihatinkan alias sudah tidak banyak digunakan lagi, bahkan terancam punah. Dari survei yang pernah mereka lakukan, hanya 3 persen penduduk daerah yang tahu dan pernah belajar tentang aksara mereka sendiri.
"Hanya 5 persen yang tahu aksara dan hanya ada 2 persen yang bisa membaca dan menulis. Termasuk aksara Jawa," tuturnya saat sosialisasi Perda Nomor 2 Tahun 2021 tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra dan Aksara Jawa, Senin (13/11/2023).
Paska Nusantara adalah sebuah gagasan tentang bagaimana cara kita berdiri dan mengambil sikap di tengah-tengah perubahan dunia tanpa batas di era digital. Paska Nusantara adalah visi tentang bagaimana setiap orang mampu mendefinisikan ulang (redefinisi), reinventing dan juga restorasi dalam konteks menggali identitas nasional.
BACA JUGA:
Paska Nusantara adalah juga akronim dari Pusat Studi-Kajian Aksara Nusantara. Sebuah lembaga yang didirikan sebagai upaya membentengi dan mempertahankan kedaulatan negara bangsa dari kondisi dunia yang tak lagi berjarak. Aksara menjadi instrumen utama dalam upaya membentengi dan mempertahankan eksistensi kenusantaraan.
Seperti diketahui, lanjutnya, eksistensi bangsa-bangsa di dunia diyakini memiliki peradaban tua karena keberadaan aksaranya. Di sana mereka menyimpan pengetahuan-pengetahuan, sumber-sumber ajaran etik dan sejarah bagaimana bangsa itu mengalami pasang surut dalam mengarungi peran kesejarahan mereka.
"Demikian pula keberadaan aksara-aksara di nusantara memiliki sejarah panjang. Termasuk kita di DIY, yaitu aksara Jawa," katanya.
Dalam beberapa abad aksara telah membentuk karakteristik penggunanya, membentuk mindset, pandangan mereka pada dunia dan membentuk identitas berdasar pada kesamaan aksara dan bahasa. Dengan demikian aksara Jawa juga menjadi sebuah instrumen penyimpanan masa lalu bagi orang Jawa dan juga sumber sumber etika dan moral.
Maka di era digital eksistensi warisan masa lalu tersebut dan juga keberadaan aksara itu sendiri menjadi semakin signifikan sebagai bahan untuk pembelajaran (studi) dan kajian-kajian tentang masa lalu kenusantaraan (keIndonesiaan). Saat ini, aksara-aksara nusantara belum banyak dikenal bahkan oleh penggunanya sendiri. Sementara aksara latin menjadi aksara persatuan nasional, aksara-aksara nusantara semakin tak dikenal oleh penggunanya sendiri.